google-site-verification=hJokqzdTiytq-gAnW72GWEd--72bbT0UnJzlAwpgG_g Linguistik

Rabu, 25 Januari 2023

Mendengar dan Mendengarkan versus Menyimak

Sebagai makhluk yang menggunakan bahasa sebagai perantara utama dalam berkomunikasi. Kadang dibuat bingung oleh bahasa itu sendiri. Mungkin bagi beberapa orang kata mendengar dan mendengarkan memilik arti yang sama. Namun pada kenyataanya kedua kata ini menyimpan makna yang berbeda.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia mendengar adalah sebuah kemampuan seseorang dalam menangkap suara atau bunyi dengan menggunakan telinga. Mendengar memiliki maksud ketika telinga seseorang menangkap suatu bunyi tanpa sengaja dan secara otomatis akan mengaktifkan indra pendengar. Sedangkan mendengarkan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses mendengar secara sungguh-sungguh terhadap suatu hal, atau memasang telinga untuk mendengarkan dan memperhatikannya. Dengan begitu hal tersebut dapat diartikan sebagai sebuah proses untuk menaruh cukup perhatian serta menangkap sepotong atau sebagian pesan yang akan disampaikan oleh lawan bicaranya. Dari kedua definisi tersebut tentunya antara mendengar dan mendengarkan merupakan dua hal yang berbeda bukan?  

Menyimak menjadi tingkatan paling akhir dan lengkap dalam proses menerima dan menyaring suatu informasi yang ditangkap lewat telinga. Menyimak menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan aktifitas memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Perlu diketahui bahwa sesuatu yang keluar dari mulut manusia seperti bernyanyi, menangis, tertawa, bercakap-cakap semua itu disebut suara dan sesuatu yang ditangkap oleh telinga disebut bunyi.

Dari pengertian di atas dapat kita pahami bersama bahwa mendengar, mendengarkan, dan menyimak ternyata berbeda secara makna. Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, kalau kita telaah lebih dalam, ketiga kata itu memang mirip dan terdapat perbedaan pengertian. Mendengar didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris terdapat istilah listening comprehension untuk menyimak dan to hear untuk mendengar.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. (Tarigan, 2008: 31)

Tujuan-tujuan menyimak:
  1. Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujan agar ia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
  2. Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipagelarkan (teruatama sekali dalam bidang seni)
  3. Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak dengan maksud agar ia dapat menilai apaapa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tidak logis, dan lain-lain)
  4. Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak dapat menikmati seta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan berita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan pendebatan)
  5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang yang menyimak bermaksud agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
  6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedaskan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker)
  7. Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
  8. Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.

Selasa, 17 Januari 2023

Ujaran Kebencian


Berbicara tentang ujaran kebencian sepertinya setiap orang memiliki definisinya masing-masing ya. Dapat kita lihat diberbagai kolom komentar di media sosial. Eiits, sebelum jauh kesana apakah kita sudah paham inti dari setiap kata dan frasa yang terdapat dalam ujaran kebencian. Ujaran kebencian, terdiri dari dua kata , yaitu ujaran, dan Kebencian. Mari kita ulas dan kupas masing-masing kata berdasarkan definisi menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-5.

Ujaran memiliki makna, yaitu kalimat atau bagian kalimat yang dilisankan.

Ujar adalah kata dasar dari kata ujaran yang bermakna perkataan yang diucapkan.

Jadi, ujaran adalah perkataan yang diucapkan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk menyampaikan suatu informasi.

Kebencian memiliki makna, yaitu sifat-sifat benci; perasaan benci.

Kebencian berkata dasar benci yang berarti Sangat tidak suka.

Dengan demikian, kebencian adalah sifat dari seseorang yang  tidak suka atau tidak tertarik terhadap suatu hal yang terjadi karena  tidak sesuai dengan inginnya.

Ujaran kebencian, yaitu ujaran yang menyerukan kebencian terhadap orang atau kelompok tertentu.

Menurut tata bahasa Indonesia, suatu ujaran baru bisa dikatan mengandung kebencian apabila sekurang-kurangnya memenuhi unsur-unsur tata bahasa Indonesia sebagai berikut: Subjek (orangnya) + Predikat (kata sifat/aktifitas) + Objek (sasaran).

Contoh: Flaminggo adalah pemimpin yang buruk.

              Kamu bego!

Apabila suatu ujaran hanya mengandung satu dari tiga unsur-unsur tata bahasa, maka tidak bisa disebut sebagai ujaran kebencian karena tidak jelas ujaran tersebut ditujukan kepada siapa.

Contoh: Goblok! (teriak menghadap tembok)

              Dasar koruptor!

Kata di atas adalah predikat, sehingga secara tata bahasa Indonesia tidak dapat dianggap sebagai suatu ujaran kebencian karena tidak jelas maksudnya apa dan tujuannya kepada siapa (objek). Lantas, bagaimana cara membedakan ujaran kebencian dengan ujaran biasa. Cara yang paling mudah adalah mengetahui struktur bahasa dalam tata bahasa Indonesia, memahami makna dari kata yang digunakan, dan memahami konteks yang berlangsung bersamaan dengan ujaran yang diungkapkan.

Ujaran kebencian atau hate speech bisa berarti tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan maksud dan tujuan untuk memprovokasi, menghasut, ataupun menghina kepada seseorang atau kelompok yang bersebrangan. Ujaran kebencian biasanya menyangkut politik, ras, warna kulit, gender,disabilitas, orientasi seksual, kewarganegaraan, agama dan lain-lain.

Ujaran kebencian dapat berupa penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, provokasi, menghasut, menyebarkan berita bohong atau hoaks. Pidana terhadap ujaran kebencian dilakukan karena tindakan itu bisa berdampak pada tindak kriminalitas, diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial.

Upaya memberangus ujaran kebencian ini menjadi tantangan berat di negara demokrasi. Sebab kebebasan dalam berpendapat merupakan hak konstitusional warga negara yang diatur dalam pasal 28 E ayat 3 UUD 1945. Semua orang berhak mengemukakan ide, gagasan, dan pendapatnya karena dilindungi oleh undang-undang tapi sekali lagi bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragam tetaplah bijak dalam memilih kata yang digunakan agar tidak ada salah satu pihak merasa tersinggung atau merasa dirugikan.

Rabu, 11 Januari 2023

Tulisan Singkat

    Pernahkah kita membaca sebuah tulisan yang disingkat dalam media masa, surat, maupun lembar jawaban ketika ujian sekolah. Sebetulnya, boleh gak sih menyingkat kata dalam menulis? Menyingkat kata atau frasa memang boleh-boleh saja tapi semua itu ada peraturannya atau tata bahasa guna memberikan pemahaman yang baik dari penulis kepada pembaca sehingga mendapat respon yang tepat. Komunikasi tulis memang berbeda dengan komunikasi lisan. Perbedaan komunikasi tulis dan lisan terletak pada penggunaan susunan kalimat, diksi, dan tanda baca. Dalam komunikasi lisan intonasi sangat berpengaruh dalam menghasilkan makna.

Komunikasi tulis: Apa kamu lapar?
Komunikasi lisan: Lapâr           

 



    Belakangan ini berseliweran sebuah tulisan dengan singkatan yang tidak tepat. Dampak dari intensitas yang tinggi dalam menulis pesan singkat via WhatsApp Messangger maupun pesan singkat lainnya. Kebiasaan dalam menyingkat kata atau frasa ternyata dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan hal yang sama diluar penulisan pesan singkat. Ada kebiasaan yang telah terjadi sejak lama, yaitu penyingkatan dalam penulisan yang tidak sesuai dengan suasana dan tempat.

    Kesalahan dalam penulisan yang dibiarkan begitu saja seolah menjadi suatu hal yang wajar. Salah kaprah dalam menulis singkatan tersebut jika didiamkan bisa menjadi suatu kerancuan bahkan keambiguan yang sangat mungkin dapat menyesatkan pembaca. Penulisan singkatan yang tidak tepat dapat terjadi jika seseorang sering berkirim pesan lewat aplikasi pesan singkat dan tidak mampu membedakan menulis untuk berkomunikasi lewat aplikasi pesan singkat yang nonformal dengan menulis untuk suasana formal. Biasanya untuk mempersingkat waktu atau mempercepat membalas pesan seseorang melakukan beberapa kata yang memungkinkan untuk disingkat.

Sebagai contoh beberapa kata yang umum untuk disingkat dalam pesan singkat:

Di sini              >                      sini/sni
Ini                    >                      ni
Yang               >                      yg
Kamu              >                      km
Saya                >                      sy
Dan                 >                      n
Makan             >                      mkn
On the Way     >                      otw
Kelas Online   >                      kelon

Coba kita bayangkan apabila singkatan kata di atas kita temukan dalam berbagai surat, koran, majalah.

    Baik berkirim surat melalui pos atau aplikasi, sebaiknya dapat membedakan kapan saatnya untuk menulis singkatan dan tanpa singkatan. Ada baiknya jika hendak membuat surat (undangan, memo, pemberitahuan, dsb.) gunakanlah kata tanpa singkatan, kalau pun ingin menggunakan singkatan kata gunakanlah yang sudah menjadi kesepakatan umum.

Contoh singkatan kata yang sudah menjadi kesepakatan umum:

Yang terhormat                        >                      yth
Dan lain-lain                            >                      dll
Dalam jaringan                        >                      daring
Luar jaringan                           >                      luring
Kartu tanda penduduk             >                      ktp