google-site-verification=hJokqzdTiytq-gAnW72GWEd--72bbT0UnJzlAwpgG_g Linguistik: Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah?

Kamis, 02 Maret 2023

Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah?

 


Benarkah minat membaca masyarakat di Indonesia rendah? Semua pernyataan itu berawal dari hasil peneliatian yang dilakukan oleh UNESCO yang menyatakan bahwa minat baca masyarakat di Indonesia rendah bahkan dalam persentase hanya dapat 0.001%. Riset lain yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur seperti perpustakaan pusat, perpustakaan daerah, taman baca, dan perpustakaan keliling untuk mendukung aktifitas membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi saat ini yang sudah menunjukkan peningkatan minat baca di Indonesia. Melansir data harian pengunjung yang datang langsung ke perpustakaan nasional di Jakarta pada Januari berjumlah 1.321 orang, Februari 1.336 orang, dan Maret 59 orang yang mungkin akan terus bertambah jumlahnya. Antrian peminjam buku di aplikasi iPusnas yang bisa diakses oleh semua orang yang berada dimana pun juga sering mememenuhi kuota harian.

Buku-buku yang ada saat ini sangat beragam dan menarik. Ada buku cetak yang dapat dibeli di toko-toko buku dan juga sudah banyak tersedia buku elektronik atau e-book yang dapat diakses lewat situs resmi dari penerbit buku atau yang berafiliasi dengannya. Sekarang, untuk mengakses bahan bacaan sudah jauh lebih mudah berkat bantuan teknologi. Jika malas pergi ke perpustakaan atau ke toko buku kita dapat dengan mudah memperoleh bahan bacaan lewat gawai atau membeli buku di toko buku daring. Penjualan buku cetak pada tahun 2020 terus meningkat sampai sekarang.

Membaca tidak melulu berkaitan dengan buku ilmiah yang selama ini menjadi objek bahan penelitian. Minat membaca setiap orang pasti berbeda tergantung minat dan selera buku bacaannya. Motif seseorang untuk membaca pun beragam ada yang membaca untuk mencari kesenangan, ada yang untuk mencari informasi terbaru, ada yang hanya sekadar memuaskan rasa ingin tahu dan ada juga untuk menambah wawasan pengetahuan.


Sebagian besar perpustakaan di Indonesia adalah perpustakaan sekolah dengan jumlah 113.541 perpustakaan atau 89,8% dari total perpustakaan yang ada. Perpustakaan umum di Indonesia berjumlah 42.460 perpustakaan, yang terdiri dari: Perpustakaan Umum Provinsi, Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota, Perpustakaan Umum Kecamatan, Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan, Perpustakaan Komunitas, dan Taman Bacaan. Perpustakaan Khusus di Indonesia saat ini berjumlah 6.552 perpustakaan yang terdiri dari perpustakaan pemerintah, perpustakaan swasta, dan perpustakaan pondok pesantren. Jumlah perpustakaan terbanyak adalah perpustakaan pondok pesantren dengan jumlah sebanyak 3.478 perpustakaan. Perpustakaan Sekolah di Indonesia saat ini berjumlah 113.541 perpustakaan yang terdiri dari perpustakaan sekolah SD, SMP, dan SMA. Jumlah perpustakaan terbanyak adalah perpustakaan sekolah SD dengan jumlah sebanyak 76.063 perpustakaan.

Laporan ini berdasarkan data internal platform e-commerce global Picodi.com mengenai transaksi di toko buku online dan survei yang dilakukan pada Maret 2019 di antara 7800 responden dari 41 negara.

Koleksi perpustakaan di Indonesia hampir seimbang. Koleksi terbanyak adalah Ilmu Pengetahuan Sosial dengan presentasi 15,8% dari total jumlah koleksi sebanyak 15.452.492 koleksi. Jumlah koleksi Perpustakaan Nasional RI yang diperoleh berdasarkan pembelian, hadiah dan hibah adalah sebanyak 3.533.634 eksemplar yang terdiri dari Koleksi Serial (Surat Kabar, Majalah) sebanyak 2.009.317 eksemplar, Koleksi Kartografi (Peta) sebanyak 43.771 eksemplar, Koleksi Monografi (Buku, Buku Langka, Referensi, Lokal Konten, Transliterasi, dan Bahan Pustaka Berkebutuhan Khusus) sebanyak 612.026 eksemplar, Koleksi Manuskrip ( Naskah Kuno) sebanyak 12.286 eksempar, Koleksi Audio visual (Bentuk Mikro, Kaset Audio, Kaset Video, Cakram) sebanyak 67.479 eksemplar, Koleksi Foto sebanyak 44.668 eksemplar dan Koleksi Buku Elektronik (E-Book Luar negeri, E-Book Dalam Negeri dan Buku Digital iPusnas) sebanyak 744.087 eksemplar.

Jika melihat tren pertumbuhan jumlah koleksi (perolehan berdasarkan pembelian, hadiah dan hibah), jumlah pertambahan koleksi tertinggi ada pada tahun 2019 sebanyak 269.305 (8,77%), sedangkan yang terendah ada pada tahun 2020 sebanyak 192.807 eks (5,77%).

Laporan ini berdasarkan data internal platform e-commerce global Picodi.com mengenai transaksi di toko buku online dan survei yang dilakukan pada Maret 2019 di antara 7800 responden dari 41 negara.

Membaca memiliki keterkaitan dengan budaya. Budaya masyarakat Indonesia lebih senang berbicara dan menonton. Setiap orang memiliki pemahaman, tujuan, dan selera membaca yang berbeda-beda. Membaca tidak harus memahami isi bacaan karena membaca adalah proses dalam menyerap isi bacaan. Tidak langsung paham isi bacaan itu sah-sah saja dan normal, nikmati saja prosesnya sampai menjadi perilaku yang sudah terbiasa dilakukan setiap hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar